Saudariku, Ridawati Yatim
Di Manuruki II, Makassar

Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Tertangkapnya tangannya H. Abdul Hadi Jamal, tetanggamu yang anggota DPR-RI dan juga sebagai Ketua DPP Partai Amanat Nasional dan bahkan masih mencalonkan diri sebagai calon legislator pada pemilu 2009 mendatang, mengingatkan aku pada suratmu dua minggu yang lalu. Maaf, baru saat ini aku punya alasan untuk menjawabnya.

Bagiku surat pendekmu sesungguhnya bukan untuk meminta pertimbangan, tetapi untuk menyatakan bahwa kamu akan meninggalkan dunia dagang dan mencoba menceburkan diri ke Senayan. Aku sungkan memberikan pandangan. Engkaulah yang paling mengerti kapasitas dirimu, nawaitumu dan mengkalkulasi peluang-peluangnya. Bukankah yang terpenting dalam hidup ini adalah mengambil keputusan. Jadi apapun keputusanmu dan apapun hasil dari keputusanmu, itulah milikmu yang sah. Jadikanlah pengalaman dan nuranimu sebagai neraca utama. Jangan tergiur ataupun terbius oleh pandangan-pandangan politikus, karena nalar politikus tidak pernah diperuntukkan untuk orang diluar dirinya.

Saudariku !
Simak baik-baik dinamika yang terjadi akhir-akhir ini. Kasus Hadi Jamal hanyalah berita terkini tetapi bukan berita terakhir. Masih akan banyak cerita memilukan dan memalukan yang akan kau dengar sepanjang KPK masih bekerja dan pemerintahan masih komit untuk melawan korupsi. Sebelum Hadi Jamal, telah tersandung Al Amin Nasution, Yusuf Emir Faisal, Sarjan Taher, Saleh Djasit, Bulyan Royan, Noor Adnan Razak, Antony Zeidra Abidin, Hamka Yamdu dan sederet nama lain anggota DPRD di beberapa wilayah profinsi dan kabupaten. Bagitu banyak yang terjerat tetapi masih lebih banyak yang belum terjerat.

Saudariku !
Dengarkanlah betapa merdunya nyanyian senayan ketika mereka membawakan langgam BBM, langgam penanganan Ibadah Haji dan langgam pemilihan presiden. Mereka memang apik dan piawai membagi suara, suara komisi I, suara komisi II, suara komisi III dan seterusnya. Tetapi ketika Hadi Jamal dan yang lain tersandung, suara mereka menghilang. Padahal sympony orkestra republik masih bermain walaupun suaranya tidak lagi keluar menembus dinding senayan.

Saudariku !
Pertimbangkan kembali niatmu. Kamu kan bukan orang yang mengakar di partai. Kamu hanya direkrut oleh partai untuk mendulang suara atau barangkali untuk membiayai kegiatan partai. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa partai kurang selektif ketika memasang seseorang menjadi calon legislator. Jadi coba ingat-ingat kembali apa yang melatarbelakangi partai menempatkanmu sebagai caleg. Apakah untuk mendulang suara perempuan ? Apakah agar kamu bisa membantu membiayai partai ? Atau memang mereka melihat kamu memiliki kapabilitas sebagai wakil rakyat ? jika alasan terakhir itu, kamulah sendiri yang harus mengukur dirimu.

Kau lihat sendiri bagaimana para calon legislator bekerja begitu keras meyakinkan pemilih, bahkan tanpa merasa berdosa menjanjikan kepada rakyat kesejahteraan, bebas biaya pendidikan, berobat gratis, sesuatu yang secara nalar sebenarnya tidak dapat mereka wujudkan. Tidak tahu berapa banyak sudah dana yang mereka keluarkan untuk memasang baliho, spanduk, iklan dan dana-dana sosial. Mereka menganggap rakyat pemilih adalah mahluk sosial yang naif dan pasif sehingga mudah dipengaruhi oleh retorika politik.

Saudariku !
Setelah reformasi, rakyat semakin cerdas secara politik. Ia sadar kedaulatan ada ditangannya, rakyat sadar bahwa dialah penentu siapa yang pantas dan siapa yang tidak pantas untuk duduk di Senayan. Jika partai kurang selektif menentukan calon legislatornya, rakyat justru sangat selektif menentukan pilihannya. Saat ini bukan hanya politikus yang berkerja keras, rakyat juga bekerja lebih keras membaca situasi, mendalami perkembangan, mencari tahu siapa wakil rakyat yang dapat mereka percayai untuk menyuarakan kepentingannya.

Jika kau yakin mayoritas rakyat di daerah pemilihanmu mempercayaimu, silahkan maju terus. Tetapi kalau kamu merasa selama ini belum belum berbuat sesuatu yang berarti bagi lingkungan dan masyarakat sekitarmu, pertimbangkan kembali keinginanmu. Mungkin Tuhan sudah menggariskan bahwa lahan hidupmu di bidang perniagaan. Semoga Tuhan senantiasa memberikan petunjuk padamu. Amin.

Tanjung Priok, 6 Maret 2009
Hormat Saudaramu,
Bung Komar

0 komentar:

Posting Komentar